logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto " MENGHINDARI KEZHALIMAN "    Khutbah Jum'at ke 2120

" MENGHINDARI KEZHALIMAN " Khutbah Jum'at ke 2120

MENGHINDARI KEZHALIMAN

Intisari Khutbah Jum’at

13 Desember 2019 M | 16 Rabi’ul Akhir 1441 H

Disampaikan oleh

Khatib : Drs. H. Hamdani Sulma, M.Pd

Link Video khutbah : http://bit.ly/KhutbahJumat_ustHamdaniSulma

 

Cepat atau lambat, setia manusia akan berpindah ke Akhirat. Perpindahan ini sering diistilahkan dengan kematian. Meski sejatinya akhirat tempat baru berlansungnya kehidupan, sesungguhnya disanalah kehidupan yang hakiki. Sebab didalamnya manusia akan merasakan keabadian.

Di Akhirat, model manusia hanya ada dua. Ada yang bergemiling nikmat, ada pula yang merintih dalam azab. Kondisi seperti ini telah dialami manusia sejak di alam kubur.

Apa yang dirasakan di akhirat berkaitan erat dengan ulah di dunia. Tidak ada perbuatan kita yang terabaikan. Catatan Allah sangat detail. Tidak ada amalan yang luput, semuanya tertulis. Adilnya hukuman dan pembalas Allah tidak saja dirasakan manusia, bahkan lupa hewan.

 

QISHASH

Hadist di atas memastikan tidak ada hak yang terabaikan. Semua akan tertunaikan. Jangankan sesama manusia, hewan sekalipun diberikan kesempatan saling membalas. Bahkan tandukan seekor kambing kepada kambing lain ada perhitungan dan balasannya.

Hewan hakikatnya bukan makhluk yang dibebani perintah dan larangan (mukkalaf). Tapi Allah SWT tetap memberlakukan qishash dan saling membalas.

Apalagi menyangkut hak sesama manusia. Semua akan mendapatkan haknya. Semua jenis hak, baik yang terkait dengan perdata, pidana, ataupun kehormatan. Singkatnya, semua bentuk kezhaliman akan terbatas.

Itulah sebabnya Rasulullah memerintahkan agar semua sengketa diselesaikan sebelum wafat. Di dunia penyelesaiannya lebih mudah, sedangkan di akhirat amat rumit. Setiap manusia akan menuntut haknya. Tidak ada penyelesaian kecuali dengan menebusnya.

Orang yang menzhalimi harus menyerahkan sebagian kebaikannya kepada yang dizhalimi. Jika tak lagi memiliki kebaikan, maka ia akan memikul sebagian keburukan orang yang pernah dizhalimi.

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memiliki kezhaliman terhadap saudaranya, baik pada kehormatan atau lainnya, hendaknya segera menyelesaikannya sebelum datang hari tidak ada dinar dan dirham. Bila ia memiliki amal shalih maka akan diambil amal shalihnya seukuran kezhalimannya. Bila tidak punya kebaikan, akan diambil dari keburukan orang dizhaliminya lalu dipukulkan kepadanya.” (Riwayat Bukhari).

Itulah sebabnya ada diantara manusia yang bangkrut di Akhirat. Bukan karena tidak membawa kebaikan, tetapi karena amal kebaikannya terkuras untuk menebus kezhaliman yang pernah diperbuatnya.

 

HATI – HATI

Hadist diatas juga berpesan tentang pentingnya kehati – hatian dalam bertindak. Segala sesuatu ada balasannya. Ucapkan, perbutan, dan kebajikan semua akan dipertanggungjawabkan.

Pertanggungjawaban itu akan semakin berat jika berkaitan dengan kebijakan. Sebab dampak dari satu kebajikan tidak saja menimpa satu atau dua orang. Tapi banyak.

Kebijakan yang zhalim tentu akibatnya tidak ringan, sebab korbannya adalah khalayak. Alhasil, penyelesaiannya akan sangat rumit. Satu saja kebijakan zhalim pasti sangat merepotkan. Apalagi jika jumlah kebijakan tersebut meruah, sulit dibayangkan dahsyatnya kesulitan yang dialami.

Memang kesulitan itu terkadang tak langsung dirasakan di dunia. Bahkan tak jarang para pelaku kelihatannya bergelimang nikmat. Itu bukan tanda mereka lolos dari hukuman, sebab Allah SWT terkadang menunda siksaan para pelaku kezhaliman.

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ ۚ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ

“Dan janganlah sekali – kali kamu (Muhammad) mengira bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang – orang yang zhalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak”. (Ibrahim [14]:42).

Itulah sebabnya, sebagian salafush-shalih lebih memilih menghindari jabatan. Sebagian lain mengambilnya dengan penuh kehati–hatian. Mereka mengetahui beratnya pertanggungjawaban di Akhirat.

Umar bin Khatbah RA misalnya. Dengan segala prestasi yang menghiasi lembaran hidupnya, ia sangat khawatir jika rakyatnya susah akibat kebijakannya. Itulah sebabnya terkadang ia menyamar sebagai rakyat biasa agar bisa mengetahui secara langsung kondisi dan keluhan rakyatnya.

 

ALLAH MAHA ADIL

Berbuat adil adalah perintah sangat penting dalam Islam. Berlaku umum tanpa memandang latar belakang. Bahkan kepada orang yang sangat dibenci sekalipun kita diperintahkan berbuat adil.

Pada zaman Ali bin Abi Thalib RA, pernah terjadi peristiwa menghebohkan. Baju besi milik Khalifah dicuri. Dugaan tertuju lepada seorang Yahudi, warga minoritas kala itu. Prosedur peradilan Islam tetap berjalan normal. Status Ali sebagai Khalifah yang berperkara denga Yahudi yang minoritas sedikitpun tak mempengaruhi jalannya sidang. Ali tetap diminta menghadirkan bukti. Ternyata Ali tak bisa membuktikan. Akhirnya Syuraih, hakim kala itu, memutuskan bahwa baju besi itu adalah milik si Yahudi.

Keadilan adalah kebutuhan setiap manusia. Jika itu tegak, maka kezhaliman akan lenyap. Menegakkan keadilan hanya ada satu caranya yaitu sesuai yang diajarkan oleh Dzat Yang Maha Adil. Selama manusia tidak kembali kepada cara tersebut, mustahil keadilan bisa terwujud.

 

ORANG TANG TERZHALIMI

Setiap manusia memiliki potensi zhalim. Seperti itulah memang tabiatnya. Allah SWT berfirman,Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (QS. al-Azhab [33] : 72).

Inilah yang patut diwaspadai. Terkadang seseorang berbuat zhalim tapi tidak merasa. Bahkan tidak jarang tindakannya itu diklaim sebagai penegakkan keadilan dan hukum. Orang terzhalimi dan tak lagi memiliki ruang untuk mendapatkan haknya akan pasrah kepada-Nya. Tak ada yang diharapkan selain keadilan dari-Nya. Wajar doanya makbul. Semakin besar kepasrahan, semakin besar pula peluang terkabul doa.

Rasulullah berpesan kepada para pejabat yang mengumpulkan zakat agar jangan bertindak zhalim dalam menjalankan tugas. Misalnya tidak mengambil zakat hewan ternak yang disukai pemiliknya. Sabda Nabi Muhammad, “Hati–hati kalian dengan doa orang yang terzhalimi, karena sesungguhnya tak ada penghalang antara doanya dengan Allah.” (Muttafaqun ‘alaih).